Ini Yang Membuat Mahasiswa Betah Nongkrong di Kafe



ZAGS—Kafe, identik dengan tongkrongan anak muda. Biasanya kafe didesain unik dan kekinian agar menarik pelanggan. Kafe biasanya digunakan untuk nongkrong, mengerjakan tugas, sampai rapat. Kafe biasanya didominasi oleh mahasiswa atau pelajar.

Kafe merupakan tempat yang menjual aneka camilan, minuman, hingga makanan berat. Kafe identik dengan tempatnya yang menarik dan nyaman. Selain itu, tak jarang kafe dilengkapi oleh beberapa fasilitas pendukung agar lebih menarik pelanggan. Seperti toilet, musala, Wi-Fi gratis dan lain sebagainya.

Kafe tak hanya digunakan untuk tempat makan dan minum karena menyediakan berbagai macam variasi menu. Seperti, kopi, kentang goreng, cocktail, susu, roti, eskrim dan lain sebagainya. Harga di kafe pun tergolong bisa dijangkau oleh mahasiswa. Dengan harga minimal Rp10.000an.

Ada beberapa alasan mahasiswa ke kafe di antaranya nongkrong dan tertarik dengan tempatnya yang nyaman.

Seperti yang diungkapkan oleh salah satu Mahasiswa Teknologi Informasi Politeknik Negeri Malang, Eka Pratitis,21 yang mengaku sering ke kafe karena ingin nongkrong dengan tempat yang ia rasa nyaman.

“ Saya sering ke kafe untuk nongkrong. Biasanya saya mencari kafe yang nyaman menurut saya. Tempat   yang simple, tidak terlalu ramai, dan tempat duduk yang tidak terlalu berdekatan. Agar leluasa kalau mengobrol dengan teman saya. Kalau biasanya saya ke kafe beli kopi sama beberapa camilan. Kalau habisnya biasa sekitar Rp20.000an,” kata dia pada (20/8/2019).

Hal serupa juga diungkapkan oleh A’yun,22,Mahasiswa Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Negeri Malang mengaku dirinya sering juga nongkrong di kafe.

“Saya sering nongkrong di kafe. Untuk ngobrol bersama teman-teman. Kalau saya di kafe biasanya hanya nongkrong saja. Karena tidak bisa mengerjakan tugas dikeramaian. Biasanya kalau di kafe habis sekitar Rp50.000an. Itu udah dapat es coklat, kentang goreng, tahu krispi, sama udang keju,” kata A’yun

Galih,22,Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan UNS Solo juga mengaku menghabiskan waktu sekitar 2 jam untuk nongkrong di kafe.

“Saya biasanya sekitar 2 jam kalau nongkrong di kafe. Biasanya berangkat jam 8 malam pulang jam 10 malam,” kata Galih

Andi,21,Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS Solo mengaku ke kafe selain untuk nongkrong, juga untuk Photoshoot dan Shooting video.

“Saya kalau ke kafe seringnya nongkrong. Tapi kadang saya juga melakukan beberapa Photoshoot dan Shooting video di kafe. Karena tempatnya Instagramable,” kata Andi

Selain untuk nongkrong mahasiswa juga menggunakan kafe untuk mengerjakan tugas. Karena rata-rata kafe selalu menyediakan fasilitas Wi-Fi gratis.

Mahasiswa Desain Interior Institut Seni Indonesia Solo,Chelvin,21 mengaku dirinya sering ke kafe untuk mengerjakan tugas.

“Saya kalau ke kafe paling sering mengerjakan tugas. Untuk mencari Wi-Fi saja. Saya pernah ke kafe datang sekitar pukul jam 10 sampai jam 3 pagi. Karena lembur mengerjakan tugas dan sambil ngobrol,” kata Chelvin.

Minimal Chelvin beli hidangannya sekitar Rp15.000an. Tidak terlalu banyak, karena berhemat. Biasanya ia di kafe lebih dari 3 jam. Karena selain mengerjakan tugas, juga ngobrol dengan teman. Ia juga mengaku menikmati alunan music yang diputar pada beberapa kafe yang pernah ia datangi.

Tak jarang mahasiswa juga menggunakan kafe untuk berdiskusi dan rapat.

Seperti Farah,20,Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS Solo mengaku sering rapat di kafe karena membutuhkan Wi-Fi.

“Saya rapat di kafe karena enggak tau maurapat di rumah siapa. Selain itu, kalaupun di rumah enggak enak dengan tetangga dan orang tua. Biasanya rapat 1,5-3 jam. Apalagi kalau saya rapat AIESEC ya penting Wi-Fi karena semua kerjaan kita mesti pakai internet,” kata Farah

Ia juga mengaku perlu akses ke google drive dan website. Karena itu pekerjaan mereka. Setiap rapat selalu ada tugas. Kalau rapat tak hanya membahas sesuatu. Pasti ada working hour nya. Dan sangat membutuhkan Wi-Fi.

Selain itu, menurutnya rapat selalu di kafe karena kebanyakan ruang yang paling cocok adalah kafe.

Hal serupa juga diutarakan Atika,21,Mahasiswa Ilmu Filsafat Universitas Gajah Mada mengaku selain nongkrong dan mengerjakan tugas juga sering ke kafe untuk rapat.

“Saya ke kafe biasanya mengerjakan tugas dan dongkrong. Tapi sering juga rapat di kafe. Biasanya kalau ke kafe saya habis Rp50.000an kalau sama makan. Kalau minum saja kadang ya Rp30.000an,” kata Atika.

Menurut penelitian Ahmad Fauzi, I Nengah Punia, Gede Kamajaya  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana yang berjudul Budaya Nongkrong Anak Muda Di Kafe  (Tinjauan Gaya Hidup Anak Muda Di Kota Denpasar) di simpulkan sebagai berikut.

1.    Persepsi anak muda terhadap merebaknya kafe dianggap sebagai bagian dari gaya hidup. Fenomena tersebut juga merebak di berbagai kota di Denpasar. Hal tersebut menjadi jawaban atas keberadaan dan eksistensi anak muda. Serta menjadikannya saranapelepasan Hasrat, selera, serta ajang pembentukan budaya dan gaya hidup. Sekaligus sebagai bentuk distinction (jarak) antara kelas dominan den kelas lainnya.

2.    Secara fungsional kafr tidak hanya sebagai tempat menikmati kopi. Tempat bertemu atau nongkrong. Melainkan kafe saat ini telah mengalami pergeseran nilai guna (use values) yang mengarah pada nilai tanda (sign values). Bukan lagi terletak pada kebutuhan fungsional masingmasing individu di dalamnya. Melainkan berbagai motif dan kepentingan yang sifatnya lebih personal menjadi bagian dari proses konsumsi ruang kafe tersebut. Pada akhirnya, pola konsumsi juga mengalami pergeseran seiring pesatnya beragam eksterioritas. Saat ini memenuhi ruang dan tempat kafe sebagai kemasan yang unik, modern, terlebih mencitrakan setiap individu yang ada di dalamnya.

Selain itu, pengamatan yang dilakukan oleh Ezags (20/8/2019) selama sekitar 2 jam berada di salah satu kafe di Solo yang memilki karakteristik tempat yang unik. Kafe tersebut di desain seperti pada era 90an dan bernuansa klasik. Di dalam kafe tersebut disediakan beberapa buku lama. Kafe tersebut juga memberikan fasilitas toilet, Wi-Fi gratis, dan dilengkapi dengan alunan musik klasik. Seperti lagu barat dan lagu-lagu Indonesia keluaran lama. Tempat ini cocok untuk bernostalgia. Serta membuat pelanggan betah berlama-lama di sini. Tak hanya itu kafe yang memilki sekitar 15 meja ini juga memilki lantai bergambar potongan kayu.

Banyak aktivitas muda-mudi yang dilakukan di sini, selain membeli hidangan yang disediakan. Yaitu membaca buku dan bermain HP. Berdiskusi dan mengerjakan tugas menggunakan laptop. Dan bersenda gura dengan teman-temannya. Hampir semua pengunjung memainkan gawai mereka. Ada cuitan dari salah seorang pengunjung yang sedang mengerjakan tugas bertanya dengan temannya. “Eh, kamu sudah tau password Wi-Fi-nya apa?,” kata dia.

Foto : laurangelia.com
Penulis : Ardea Ningtias Yuliawati
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Recent Posts

Label