KKMS Ajak Masyarakat Lestarikan Keroncong

ZAGS--Tepukan riuh penonton dan sorot lampu warna-warni membuat suasana Pendhapi Ageng Balaikota terlihat ramai pegunjung dari Pasar Gede. Acara perdana yang dibuat KKMS (Komunitas Keroncong Muda Surakarta) berjudul Bumi Emas Tanah Airku pada 25 Mei 2019 membuat penonton terhibur dengan penampilan anak-anak muda lewat musik keroncong. Tri (60), penonton asal Sangkrah, Solo menjelaskan rasa senangnya bisa hadir di dalam acara ini. “Pas hadir ke lokasi saya kira yang main pemain-pemain lawas seperti Bu Waldjinah, eh ternyata anak muda. Luar bisasa masih ada anak muda yang mau mainan keroncong,”  ujar Tri.

Acara yang diselenggarakan KKMS ini tidak hanya berupa pertunjukkan musik, melainkan pemberian penghargaan pada seniman keroncong yang kurang diberikan apresiasi oleh media dan masyarkat. Pemberian penghargaan diawali dengan pemutaran video tentang tokoh yang akan diberikan gelar maestro. Suasana haru terasa ketika air mata para seniman keluar saat meyaksikan video masa lalunya saat masih aktif dengan keroncong. Seniman yang hadir diantaranya Ibu Hariyati, Bapak Sentot, Bapak Tukiyo Cipto, dan Ibu Waldjinah.

Beranjak dari keresahan pemuda-pemudi pecinta keroncong dalam KKMS yang mengemban misi untuk menyatukan seluruh pemuda pecinta keroncong di Solo, baik yang sudah memainkan musiknya melalui komunitas atau kampung.

Komunitas ini memang didominasi oleh anak muda dalam susunan kepengurusan di dalamnya. Namun komunitas ini terbuka bagi siapa pun yang hendak ikut pada beberapa kegiatannya kedepan, lantaran melestarikan musik keroncong tidak harus menjadi pemusik, cukup membagikan konten mengenai keroncong sudah termasuk melestarikan.

Alfa Omega, Ketua Panitia Bumi Emas Tanah Airku dan Ketua KKMS, ingin semua orang kembali melestarikan musik keroncong dan mencintainya, baik yang muda dan tua, semua harus bersinergi. Alfa mengaku cintanya terhadap keroncong dimulai ketika berbicara dengan almarhum kakenya di kala senja menunjukkan pancaran warna indahnya. Kemudian ia mendapat perintah untuk memainkan selo, namun ditolaknya lantaran belum siap. Selang satu tahun setelahnya melakukan pembicaraan serius, sang kakek tutup usia. Hal ini lah yang membuat Alfa muda terketuk hatinya untuk meneruskan perjuangan kakeknya dalam melestarikan keroncong, meningat adik dan kakaknya tidak ada potensi ke musik.

Seiring berjalannya waktu, Alfa mengajak beberapa temannya yang mahir memainkan musik dan berpengalaman dalam merencanakan event. Akhirnya terbentuklah KKMS pada Februari lalu. Respon masyarakat terhadap acara perdana KKMS ini terbilang baik, kursi yang disediakan terbatas untuk tamu undangan dan masyarakat yang datang awal di acara tersebut terpenuhi. Hingga ada masyarakat yang rela berdiri bersama pasangan dan keluarga di samping-samping kursi yang dipisahkan menjadi dua saf.

Selepas acara Bumi Emas Tanah Airku, Ezags berhasil bertemu dengan Alfa kembali untuk berbincang-bincang seputar keroncogg. Ia berharap adanya KKMS bisa menjadi wadah bagi muda-mudi penikmat dan pecinta musik keroncong.

“Saya berharap bisa mengajak semua kalangan, baik yang tergabung dalam KKMS maupun belum, dapat bersama-sama melestarikan musik keroncong dan yang terpenting tidak melupakan melupakan budayanya,” kata salah satu mahasiswa UGM ini.

Foto : Istimewa
Penulis : Galih Bayu Aji


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Recent Posts

Label