ZAGS -- Taman Sriwedari merupakan salah satu cagar budaya yang berada di Jalan Slamet Riyadi, Sriwedari, Laweyan, Surakarta. Dilansir dari laman Budayajawa, Taman Sriwedari ini sudah dioperasikan sejak era Pakubuwana X, yang mana taman ini digunakan sebagai tempat tradisi hiburan Malam Selikuran. Selain itu, Taman Sriwedari juga pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan PON I yang diselenggarakan pada tahun 1948.
Pada tahun 1877, KMRT Wirjodiningat membeli tanah Sriwedari dari orang Belanda yang bernama Johannes Buselar dengan status tanah menjadi hak milik. Lalu tanah tersebut dilanjutkan oleh adik ipar KRMT Wirjodiningrat untuk dibangun menjadi sebuah taman. Pada saat Undang-undang Pokok Agraria keluar, pada 24 September 1960. Dengan adanya Undang-undang tersebut, status kepemilikan tanah didaftarkan kembali namun ternyata pihak KMRT Wirjodiningrat hanya mendapatkan status sebagai hak guna bangunan. Hal tersebut terjadi karena pendaftaran status hak kepemilikan ini baru di daftarkan pada tahun 1965. Dulunya, taman ini dibangun karena terinspirasi dari mitos tentang keberadaan sebuah taman di surga dan akhirnya diresmikan pada 1 Januari 1902.
Taman Sriwedari pernah menjadi sengketa dengan ahli wari KRMT Wirjodiningrat yang terbagi menjadi 11 kelompok dengan keinginan yang berbeda-beda. Sengketa tersebut dimasukkan kedalam pengadilan Negeri Solo pada tahun 1970. Putusan kasasi di tingkat Mahkamah Agung pada tahun 1980, menyatakan abhwa ahli waris yang berhak atas adanya gugatan tersebut ialah HGB 22 sampai 1980. Dalam hal ini, Pemerintah Kota Solo wajib membayar ganti rugi uang sewa persil dan gedung. Namun, untuk gugatan agar pemkot mengosongkan dan penyerahkan persil dan gedung kepada ahli waris tidak bisa diterima. Ahli waris tetap berusaha mendapatkan hak yang harus dia terima, dengan cara memperpanjang hak kepada BPN Solo. Namun hal tersebut tidak bisa diterima oleh BPN Solo.
Taman Sriwedari menjadi tempat pusat perkembangan kesenian dan kebudayaan di Kota Solo. Taman Sriwedari ini memiliki beberapa bagian yang ada di dalamnya. Bagian depan Taman Sriwedari terdapat pendapa yang digunakan sebagai tempat berkumpul ataupun pertunjukan tari. Di depan pendapa, ada patung Rama dan Sinta yang terinspirasi dari salah satu fragmen sendratari Ramayana yang dibuat sebagai perayaan 100 tahun Taman Sriwedari.
Di zaman modern seperti sekarang ini, Taman Sriwedari tampak kurang diminati oleh masyarakat lagi. Hanya ada beberapa saja yang pergi berkunjung ke Taman Sriwedari. Terlebih remaja modern sekarang ini, ternyata banyak dari mereka yang tidak mengetahui dimana letak maupun sejarah dari Taman Sriwedari. Seperti Rika, yang saat itu zags temui “Saya tidak tahu dimana itu Taman Sriwedari, jadi saya belum pernah kesana”
“Jika cagar budaya tidak lagi mendapat perhatian dari masyarakat, bagaimana bisa cagar budaya bisa tetap lestari di tengah masyarakat modern sekarang ini.” kata Edo, salah satu penikmat budaya. Edo pun juga menambahkan, jika seharusnya “Sebagai masyarakat modern, kita harus tetap menyukai sekaligus memperkenalkan budaya yang kita miliki kepada masyarakat luas. Karena budaya merupakan salah satu sejarah yang ada pada masanya.”
Foto : Istimewa
Penulis : Sarah Dhiba Ashari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar